Senin, 26 Desember 2011

Something Wrong with (Her) Part 3

*yang Part ke 2 cuma tak tulis Something Wrong with (Her) ... Lupa


My Lucky Day

Hari ini adalah salah satu hari keberuntunganku. Hari ini, Senin tanggal 28 Februari 2011, hari yang mungkin menjadi salah satu dari sekian hari yang memalukan, atau mungkin hari yang indah untuk dikenang.
Hari dimulai saat aku di perjalanan. Tidak ada tanda bahwa aku akan bertemu teman-yang-aku-tidak-suka-kehadirannya. Oke, semua berjalan baik.
Ketika upacara bendera, di sebelahku berdiri Diva, teman baikku. Tapi di sebelah kananku malah satu dari beberapa teman-yang-kubenci-kehadirannya. Padahal bukan itu yang kuharapkan.
Pagi ini, aku menjalani hari seperti biasa. Tak ada yang special hingga pelajaran ketiga. Guru Bahasa Inggrisku mulai mengajar. Seperti biasa, tak ada yang masuk di telingaku. Ibarat masuk lewat mulut, keluar lewat pantat. Tapi, aku mendengar guruku berkata “tugas kelompok”. Itu salah satu kata yang kunanti dan kubenci. Aku langsung menggandeng Rahma, teman sebangku yang sangat baik. Ketika tahu lima kelompok, Jihan, temanku yang lain langsung menyahut. Temanku Rani ingin ikut. Kuijinkan saja. Kenapa tidak? Toh orangnya sangat baik dan lucu. Ternyata, Rani tidak jadi ikut karena teman baiknya, Kasih, teman yang awal mula masuk sekolah ini akan menjadi teman baikku, mengajaknya bergabung dengan kelompoknya. Akhirnya teman-teman sekelompokku memilih Yanu. Lengkaplah lima anggota kelompokku. Ada aku, Rahma, Jihan, Rossa, dan Yanu. Tiba-tiba guruku berkata kalau jumlah kelompok yang lima ada da. Padahal ketentuannya dua. Akhirnya, guruku menyuruh setiap kelompok untuk hompimpah. Di kelompokku, aku dan Jihan pingsuit. Dan yang pindah adalah aku! Aku hamper menangis, semua anggota kelompokku menenangkanku. Aku hamper menangis ketika menyalin catatan, dan hendak pergi meninggalkan kelompok yang nyaman tersebut ketika aku mendengar guruku berkata sesuatu. “Apa?” tanyaku kepada Rossa. “Masih ada kesempatan kedua,” jawabnya kepadaku dengan senyum riang. Semua temanku mengulangi raut muka yang sama kecuali aku yang bingung. Guruku menyuruh salah satu dari anggota kami untuk hompimpah kepada seluruh siswa yang ‘terkeluarkan dengan paksa’. Guruku memilih Rahma. Rahma berulang kali berucap bahwa akulah yang kalah dan seharusnya hompimpah, tapi guruku bersikeras Rahma yang harus hompimpah (baru saat ini aku sadar kalau guruku kasihan kepada kelompokku, karena aku tahu dia selalu tersenyum dan selalu melihat kea rah kelompokk yang bahagia). Sempat kubisikkan aji-aji andalanku saat ulangan (terbukti nilaiku bagus jika aku belajar) ke telinga Rahma. Ternyata Rahma menang! Semua menggenggam tanganku sambil tersenyum “Kamu nggak keluar, Yu!”. Aku tersenyum girang. Tapi, tiba-tiba Kasih berontak. Menurutnya, yang pertama kali tangannya berbeda warnalah yag menang. Menurut kelompokku, Kasih mencoba curang. Semua siswa, bahkan guruku yang memuji-muji Kasih sedari dulupun meneriaki dengan berkata “Tidak!” “Nggak!” “Ya nggak!”. Aku tersenyum, meski aku tidak enak kepada Ika, Fafan, dan teman-teman lain yang ‘terpaksa keluar dari kelompoknya’. Guruku menyuruh ketua kelompok untuk maju hompimpah memilih bagian tugas. Kali ini kelompokku hompimpah lagi. Lagi-lagi aku yang pingsuit dengan Jihan. “Pasti aku yang kalah lagi. Aku sudah merasakannya akan sama pada hompimpah yang sebelumnya,” kataku memastikan. “Yang kalah jadi ketua,” kata Rossa seperti tahu memang akulah yang akan jadi ketua. Dan memang benar! Aku hompimpah dengan Kasih, Diaz, Hika, Alfat, dan Adil. Aku dan Diaz mendapat jatah terakhir: Medicine! Yah mungkin ini keberuntunganku. Tinggal mengetahui letak bejanku aja. Lagi pula aku bisa lihat buku ayahku, kok. Piker positif.
Sore ini renang. Aku sudah usul kepada guru olah ragaku untuk mengadakan renang jika musim hujan sudah selesai. Tapi, mungkin musim hujan itu memang lama sekali. Buktinya saja upacara tadi pagi masih dengan keadaan mendung-panas-mendung. Aku kehujanan+kebanjiran di jalan. Hebat. Aku jadi murung terus. Apalagi aku iri dengan Rahma yang ternyata iri denganku juga. Anda tahu kenapa? Karena dia punya banyak teman baik. Kemurunganku berubah menjdai murung kuadrat ketika tahu Pempek, nama samara untuk orang yang kusukai itu tidak datang. Sedih. Rahma juga sedih ketika sadar juga bahwa Cincau, ejekan untuk orang yang disukainya juga tidak datang. Apa mereka berkencan untuk sama-sama membuat kami senang tanpa ada seseorang yang kami sukai? Aku tidak tahu itu. Aku sedih sekali. Ketika Rahma mengatakan sesuatu, aku tidak begitu mendengarkan. Biasa. Ketika aku akan memalingkan wajah ke arahnya, temanku, Archie, membuka celananya hingga beberapa sentimeter dari pinggulnya. Tentu saja dia masih memakai pelindung-harta-pribadi miliknya. Aku tertawa terpingkal-pingkal. Kira-kira beberapa puluh menit, Pempek datang. Dan aku rasa aku adalah orang di kolam renang itu yang pertam kali melihatnya. Sungguh. Sangat tampan. Dia terus duduk hingga aku jenuh memegang tangan Rahma dan tangan Jihan di dekatku bergantian serta jantungku yang terlalu senang. Tak lama setelah kejadian itu, Cincau datang. Dan kurasa orang yang pertama kali melihat kehadirannya di kolam adalah Rahma. Romantis. Pempek begitu tampan sampai aku tidak berhenti memikirkannya hingga saat ini. Dengan posenya. Selesai berganti pakaian, aku berusaha memakai kerudung persegi pink yang aku beli bersama ibuku beberapa bulan yang lalu. Aku merasa diriku sangat cantik. Beberapa waktu sebelum dan sesudahnya, aku berkata kepada Rahma bahwa aku ingin orang yang kubilang tampa tadi berkata “Ayu cantik” dengan diikuti anggukan temannya. Ketika aku sampai di beranda kolam renang, aku melihat Cincau duduk di bawah loket dan menatapku seperti berkata “Ayu cantik”. Rahma pulang dengan mobil hijau tuanya. Tak lama kemudian, Cincau pulang juga. Akhirnya aku masuk ke dalam kolam renang lagi untuk membeli mie kuah. Ditemani Jihan dan Hani. Saat aku berjalan menuju warung tersebut, Pempek melihatku seperti berkata “Ayu cantik”. Aku mengerti. Aku sampai di warung dan mencoba menembus air hujan yang beramai-ramai mengeroyokiku. Aku melihat teman baik Pempek, dia melihatku lembut seperti berkata “Ayu cantik”. Satu lagi orag yang menatapku lembut dan memikirkan hal yang ingin ak mendengarnya “Ayu cantik” dengan anggukan orang di sekelilingnya.

Nb : Pempek : Ronaldo, Cincau : Dikal

#Ini yang paling parah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar